Peningkatan utang pemerintah di Asia disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk proyek infrastruktur besar-besaran, respons terhadap krisis ekonomi, serta pengeluaran pemerintah yang terus meningkat. Beberapa negara di kawasan ini telah mengambil pinjaman besar-besaran untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang ambisius, seperti jaringan transportasi modern dan proyek-proyek energi terbarukan. Sementara itu, pandemi COVID-19 juga mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah ekonomi darurat yang membutuhkan tambahan dana.
Bank Dunia, sebagai lembaga keuangan internasional yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi global, semakin cemas terhadap risiko yang terkait dengan meningkatnya utang pemerintah Asia. Mereka mengkhawatirkan bahwa jika utang terus meningkat tanpa kendali, hal ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi di kawasan ini dan memiliki dampak negatif terhadap ekonomi global secara keseluruhan.
Untuk mengatasi masalah ini, Bank Dunia telah mendorong negara-negara Asia untuk lebih berhati-hati dalam mengelola utang mereka. Mereka menekankan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana pinjaman, serta perluasan sumber pendapatan untuk mengurangi tekanan utang.
Selain itu, Bank Dunia juga memberikan bantuan teknis dan saran kepada negara-negara tersebut untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini.